Rabu, 28 April 2010

HARAPAN YANG DITERJEMAHKAN DALAM KATA DENGAN NUANSA ROMANTIS

Sebuah Ulasan Puisi berjudul andai aku lautan karya Mbak Nurjanah Yahya

Puisi memang sangat akrab dengan kehidupan manusia. Puisi bisa dipilih oleh seseorang untuk menerjemahkan harapan ke dalam kata seperti yang dilakukan oleh penulis yang lebih dikenal dengan sebutan Nur ini, namun karena penulisnya lebbih tua dari saya dan sudah mempunyai anak satu maka saya pun memanggilnya dengan sebutan Mbak Nur.
Mbak Nur ini adalah salah satu dari sekian perempuan negri bahkan dunia yang memilih menerjemahkan harapan atau perasaannya ke dalam kata.
Hal semacam ini sudah lumrah terjadi. Berikut saya kutip secara lengkap puisi yang ditulisnya dengan begitu romantis.
Harapan yang disampaikan seperti cara yang Mbak Nur pilih bisa saja menjadi cara alternatif yang unik untuk menyampaikan perasaan kepada siapa saja yang hendak dituju.
Kebetulan puisi ini bertema harapan yang penuh dengan nuansa cinta, nuansa yang menawarkan pengakuan atas ketidak berdayaan penyairnya namun tidak lemah dengan kata lain tidak rapuh.

andai aku lautan..

andai aku lautan..
aku pasti akan menelan semua bulir air hujan yang dijatuhkan oleh langit..
atau menyimpan tangis gelombang yang meraung-raung dipermainkan badai..
atau meredam lengkingan amuk petir yang menampar-nampar punggung langit..

tapi aku..
aku tidaklah sehebat itu semua..
aku hanyalah seperti segelas air teh hangat beraroma lemon kesukaanmu..
yang bersyukur bisa menemanimu setiap hari..
dan berharap kau tak pernah lupa meminumnya..

Puisi ini hanya terdiri dari dua bait, namun berhasil disampaikan dengan penuh romansa cinta.
Pada bait pertama, Mbak Nur menegaskan sikapnya yang serva kekurangan. Mbak Nur ingin memberikan suatu yang sangat berharga. Mbak Nur ingin menjadi jiwa yang penuh manfaat. andai aku lautan../aku pasti akan menelan semua bulir air hujan yang dijatuhkan oleh langit../atau menyimpan tangis gelombang yang meraung-raung dipermainkan badai../atau meredam lengkingan amuk petir yang menampar-nampar punggung langit..
Impian ini disampaikan dengan penuh ketegasan dan meyakinkan agar semua jiwa yang membaca karya ini, bisa merasakan seperti yang dirasakan oleh penyairnya.
Pada bait kedua, impian yang disampaikan tersebut diakui sangat musykil untuk dilaksanakan karena dengan tegas penyair menyatakan jatidirinya tapi aku../aku tidaklah sehebat itu semua..//aku hanyalah seperti segelas air teh hangat beraroma lemon kesukaanmu../yang bersyukur bisa menemanimu setiap hari../dan berharap kau tak pernah lupa meminumnya..
Hal semacam ini yang selayaknya disampaikan seseorang kepada jiwa yang menjadi pilihan jiwamu agar dia mengerti tentang segala kekurangan pasangan dalam menjalani hidup sehingga bisa tercipta saling melengkapi. Kita dapat saksikan kalimat romantis dalam puisi ini, ku hanyalah seperti segelas air teh hangat beraroma lemon kesukaanmu../ yang bersyukur bisa menemanimu setiap hari../dan berharap kau tak pernah lupa meminumnya..
Dengan begitu tawadlu’nya penyair menyadari kekurangan yang ada pada dirinya. Namun, di tengah serba ketidak sempurnaan, penyair masih bisa bersyukur. Sungguh pengalaman batin yang patut kita acungi jempol khususnya dalam perjalanan hidup ini yang sarat dengan perjuangan dan pertarungan nurani.

Al-Amien, 28 April 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar