Rabu, 29 Desember 2010

SALAMKU PADAMU WAHAI PERTIWI

PADA BUJUK SANGKA KUREMAS BINGKAI NURANI
PADA RESAH AMARAH KUGENGGAM ASA TAK BERBILANG
MUNGKIN PADA RASA AKU BERPIJAK PADA ANGKARA
MUNGKIN PADA SEMBILU AKU MENGAJAK RINAI MURKA

GILA ...
BODOH ...
MARAH ...
SEDIH ...
ADA SEGENGGAM BUIH DALAM DARAH
MENGALIR PASTI PENGAKUANKU ATAS DETAK-DETAK NADIKU PILU
ADA SEGELINTIR DEBU DALAM NAFAS
MENGALIR PASTI KEADAANKU ATAS DESAH-DESAH LELAH RESAH

HIJAUKU TAK LAGI HIJAU
BIRUKU TAK LAGI BIRU
KUNINGKU TAK LAGI KUNING
NAMUN HITAMKU BERTAMBAH HITAM

ADA APA PERTIWIKU
ADA APA NUSAKU
ADA APA NURANIKU
ADA APA ...
TELAH KUTANYAKAN PADA DASAR LAUT JAWA
TELAH KUTANYAKAN PADA PUNCAK GUNUNG BAWAKARAENG
TELAH KUTANYAKAN PADA BURUNG CENDERAWASIH
TELAH KUTANYAKAN PADA RIAK SUNGAI MAHAKAM

TAK ADA YANG MENJAWAB
TAK ADA YANG BERKOMENTAR
TAK ADA YANG BERKATA
DAN BAHKAN SEMUA HANYA MEMBISU

HUFFHHH

HARUSKAH KUTANYAKAN PADA PUNCAK MENARA EIFFEL
HARUSKAH KUTANYAKAN PADA KOKOHNYA GEDUNG PUTIH
HARUSKAH KUTANYAKAN PADA BUKU-BUKU YANG BERSERAK DI QOM
HARUSKAH KUTANYAKAN PADA TINGGINYA MOUNT EVEREST

BODOH AKU ..
GOBLOK ...
DUNGU AKU ...
TOLOL

HA ... IYA ...
LEBIH BAIK KUTANYAKAN PADANYA
SEKUMPULAN OMBAK YANG MENGHEMPAS ACEH
SEKUMPULAN AWAN PANAS YANG MENARI DI MERAPI
SEKUMPULAN AIR YANG MENGGENANG DI JAKARTA
ATAU PADA
SEKUMPULAN TANGIS BAYI YANG DITEMUKAN DI TONG SAMPAH

AKU CERDAS
AKU HEBAT
AKU BRILLIAN
DAN AKU TERTAWA ATAS KECERDASANKU YANG TAK TERHINGGA

SALAM ATASMU DIMANA AKU BERPIJAK
SALAM ATASMU DIMANA LANGIT KUJUNJUNG
SALAM ATASMU BUNDA
SALAM ATASMU PERTIWI

Biodata Penyair
Bahana Sang Pelangi merupakan nama pena Abu Baqier, lahir di Samarinda Kalimantan Timur, tanggal 01 Januari, alumni fakultas Ushuluddin Jurusan Aqidah Filsafat, IAIN Alauddin Ujungpandang

Selasa, 28 Desember 2010

Kasyaf Danau ~ Kemala

Kupinjami matamu untuk menatap sisisegi rohaniahku. Menatap puingbudi, puing kasih yang tersimpang entah ke mana, menatap zarah kejadian lagi ajaib, kupinjami kedip nafas dan erangakrab yang menjulurkan makna hidup, kupinjami riak dan kecipak sirip bawal putihyang menolak muslihat sedetik, akal jahat manusia, karang berbungkuslumut hijau, krikil tajam yang tersembunyi. Wah, mustika mimpi yang kangen pada Putri Duyung. Dapatkah kau membalut nestapa yang tersangkut pada suara gemetar halus puisi pandak di malam itu hingga kubawa langsung dalam pulas tidur kembara. Kupinjami kehalusanwatak, kemesraan janji, kemestian diri, keayuan seloka, maka akumelihat diriku di segenap lapangan dan ruang. Adakah ini Kerajaan Airyang tak pernah kulalui? “Kau menggumam diriku atau maknaku?” “Kaumenatap takjub diri atau reda diri?” Maka kupinjami adab yang kucumbudari tegur pertama, dari sapaan pengelana. “Adakah jalan yang takterintis?” Maka kau berpergian jua? “Adakah waham di tengah Majlis?”Maka kau kehilangan kasih? Kupinjami suara mersik bagi menafsirHikayat dan pantun para leluhur. Negeri kita di sekitar danau ini,negeri kita yang takpernah kita pinggirkan walau seliang roma,kupinjami sikap kesayanganmu pada kesenian kata.
“Aku terpikat denganamsal dan kias!” Rindu Danau pada penyair yang pulang ke desanyasetelah jauh memapasilangit. Rindu penyair terhadap danaunya selepas danau sekian waktutergigil sepi. “Aku hamparkan seluruh kedanauanku untukmu! Dan,sudahkah kau kecapi keindahanku?” Inilah cahaya yang datang waktuhampir litup dadaku.Akulah Danau yang menatap Danaumu. Dalam rindu dan tunduk tersipu.

Jun 20, 2008

Biodata Penyair
Ahmad Khamal Abdullah adalah seorang Dato Dr Kemala, poet and literary professor at University Putra Malaysia; President of MCLA since 1993. He read poems at iip 2002 and also at world poetry festivals.He was fellow of IWP, Iowa University, US in 1993.Pemenang SEA Write Award (1986); gelar pujangga dari Universiti Pendidikan Sultan Idris, Tanjung Malim(2003); menerima Anugerah Abdul Rahman bin 'Auf (2006); menerima Anugerah Tokoh Sasterawan Siber Selangor (2010). Kumpulan puisinya Meditasi (1972), Ayn (1983), Titir Zikir (1995), MIM (1999) memenangkan hadiah Sastera Perdana Malaysia. Dia secara aktif berpartisipasi dengan sasterawan Indonesia semenjak 1976 lagi membaca puisi dan menulis kertas kerja. Dia menerbitkan antologi puisi Nusantara Musibah Gempa Padang (2009) dan Meditasi Dampak 70 (2011). Menerima gelar Dato Paduka Mahkota Selangor (2001). Pada tahun 1993 dia sebagai fellow di IWP, University of Iowa, Amerika Serikat. Kini sebagai Sarjana Tamu pada Universiti Putra Malaysia.