Kamis, 29 Juli 2010

POST CARD KAKI LIMA

1

Kabut masa depan membayang di hadapan
Badai dolar hitam merubuhkan ribuan pabrik
Pohonan tumbang bukit-bukit longsor
Kapal tenggelam dihantam gelombang lautan

"Masa depan. Masa depan, adakah bunga
Yang kelak rekah seharum, o, sewangi rupiah?"
Demikian aku dengar nyanyian si miskin
Di gelap malam di ujung gang paling kelam

Sedang jeruri besi membuka dan menutup
Bagi si koruptor kelas teri
Yang luput menangkap kelas kakap

"Masa depan. Masa depan, adakah bunga
Yang kelak rekah seharum, o, sewangi rupiah?"
Demikian aku dengar nyanyian si miskin

7

Kini aku sampai di sebuah langgar
Yang jauh dari hiruk-pikuk kota besar
Aku dengar seseorang mengaji
Dengan suara lembut orang suci

“Yang Maha Kudus selamatkan negeri kami
Dari marabahaya kaum teroris yang haus
Darah. Selamatkan iman kami dari godaan
Duniawi. Yang Maha Kudus sucikan kami!”

Detik jam kembali berdenyut di urat darah
Dan aku dengar suara itu, nyanyian itu
“Masa depan. Masa depan, adakah bunga

Yang kelak rekah seharum, o, sewangi rupiah?”
Remang cahaya bulan di telam kabut malam
Segala doa dipanjatkan menyeru Tuhan

2008
Diambil dari "Mengukir Sisa Hujan," (Ultimus, 2010)

Biodata Penyair
SONI FARID MAULANA lahir 19 Februari 1962 di Tasikmalaya, Jawa Barat, dari pasangan Yuyu Yuhana bin H. Sulaeman dan Teti Solihati binti Didi Sukardi. Masa kecil dan remaja, termasuk pendidikannya, mulai tingkat SD, SMP, dan SMA ditempuh di kota kelahirannya. Tahun 1985, Soni menyelesaikan kuliah di Jurusan Teater, Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) sekarang Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung. Saat ini bekerja sebagai jurnalis di HU Pikiran Rakyat Bandung, dan pernah mengelola lembaran seni dan budaya Khazanah bersama teaterawan Suyatna Anirun. Aktif menulis puisi sejak tahun 1976. Sejumlah puisi yang ditulisnya dipublikasikan di berbagai media massa cetak terbitan daerah dan ibukota seperti HU Pelita, HU Berita Buana, HU Sinar Harapan, HU Prioritas, HU Suara Karya Minggu, HU. Bandung Pos, HU Suara Pembaruan, HU Pikiran Rakyat, HU Kompas, HU Tempo, dan HU Republika. Juga dimuat di Majalah Sasra Horison, Jurnal Puisi, Jurnal Ulumul Qur’an, Jurnal Puisi Renung, dan Jurnal OrientiĆ«rungen (Jerman.Sejumlah puisi yang ditulisnya sudah dibukukan dalam sejumlah antologi puisi tunggal, antara lain dalam antologi puisi Variasi Parijs van Java (PT. Kiblat Buku Utama, 2004), Secangkir Teh (PT. Grasindo, 2005), Sehampar Kabut (Ultimus, 2006), Angsana (Ultimus, 2007), Opera Malam (PT. Kiblat Buku Utama, 2008), Pemetik Bintang (PT Kiblat Buku Utama, 2008) dan Peneguk Sunyi (PT Kiblat Buku Utama, 2009), Mengukir Sisa Hujan (Ultimus, 2010) dam Antologi Puisi Bersama seperti dalam Antologi Puisi Indonesia Modern Tonggak IV (PT Gramedia, 1987), Winternachten ( Stichting de Winternachten, Den Haag, 1999), Angkatan 2000 (PT. Gramedia, 2001), Dari Fansuri Ke Handayani (Horison, 2001), Gelak Esai & Ombak Sajak Anno 2001(Penerbit Buku Kompas, 2001) Hijau Kelon & Puisi 2002 (Penerbit Buku Kompas, 2002) Horison Sastra Indonesia (Horison, 2002), Puisi Tak Pernah Pergi Penerbit Buku Kompas, 2003) Nafas Gunung (Dewan Kesenian Jakarta, 2004) dan Living Together (Kalam, 2005), Antologia de PoĆ©ticas (PT Gramedia, 2009) dan sejumlah antologi puisi lainnya.Berbagai kegiatan sastra digelutinya baik di dalam negeri maupun diluar negeri.Dalam berkarya sastra, selain menulis puisi, Soni menulis pula esai, dan cerita pendek. Esainya tentang puisi dibukukan dalam Menulis Puisi Satu Sisi (Pustaka Latifah, 2004), Selintas Pintas Puisi Indonesia (Jilid 1, PT. Grafindo, 2004, dan Jilid 2, 2007). Sedangkan sejumlah cerita pendek yang ditulisnya antara lain dibukukan dalam Orang Malam (Q-Press, 2005). Di samping itu, namanya dicatat Ajip Rosidi dalam entri Enslikopedi Budaya Sunda (PT. Pustaka Jaya, 2000) dan Apa Siapa Orang Sunda (Kiblat Buku Utama, 2003)

1 komentar: