Rabu, 28 Juli 2010

PANTAI KUTA

Mungkin kau akan tenggelam dan hanyut
Ombak yang deras ini akan memagut

Menghitung hari-hari
Dengan jemari legam
Sebelum selancar melarung
Ke laut paling ulung
Kecuplah pasir-pasir pantai
Tubuh-tubuh yang telentang
Mabuk yang tak kepalang
Masuk ke dalam ingatan


Entah pada hitungan ke berapa
Kau akan kembali ke tepi pantai

Atau tenggelam di dalam gulungan pasir
Yang tiba-tiba meledak
Lantakkan seluruh kota-surga
Yang diimpikan dunia

Dan ledakan itu
Akan sampai ke tubuhmu
Dan aku tak bisa pulang

Kuta 1998/2002. lampung 2002
Biodata Penyair
Isbedy Stiawan ZS. Saya lahir di Tanjungkarang, Lampung pada 5 Juni 1958 dan hingga kini masih menetap di kota yang sama. Saya merupakan anak keempat dari delapan bersaudara pasangan Zakirin Senet (alm) bersuku Bengkulu dan Ratminah (Winduhaji, Sindanglaut, Cirebon). Saya memiliki lima anak dan dua cucu, buah perkawinan dengan istri tercinta, Adibah Jalili. Anak-anak saya: Mardiah Novriza (26), Arza Setiawan (24), Rio Fauzul (21), Khairunnisa (15), dan Abdurrobbi Fadillah (9) Menjadi pengarang adalah pilihan hidup saya. Selain menulis karya sastra (cerpen, puisi, esai sastra), kini saya aktif di Dewan Kesenian Lampung dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lampung. Pernah diundang ke berbagai pertemuan sastra dan budaya di Tanah Air dan luar negeri seperti Malaysia, Thailand. Sempat membacakan puisi-puisinya di Utan Kayu Internationan Binnale (2005), Ubud Writers and Readers Festival (2007), dan lain-lain. Karya-karya sasya dipublikasikan di Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Suara Pembaruan, Jawa Pos, Suara Merdeka, Sinar Harapan, Suara Karya, Pikiran Rakyat, Republika, Horison, Kedaulatan Rakyat, Lampung Post, Radar Lampung, Riau Pos, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar