Kamis, 22 Juli 2010

AKU TULIS UNTUK KAMU

Merapi tetap merendah ditengah pulau Jawa.
Diantara hiruk pikuk kepadatan manusia.
Rumor hujan meteor menyajak kerentaan semesta.
Tak kentara namun terasa dalam kidung nalar.
Seukuran hati berserenade jiwa.

Krakatau tetap tenang tak galau.
Ditengah laut ujung barat pulau Jawa.
Seakan tak ingin terusik dari kebisingan racau.
Dalam senyawa stigma politik.
Alam membuat tempat perenungan.
Untuk mengumandangkan kearifan semesta.

Bumi yang tua tampak bungkuk.
Menahan beban manusia.
Menopang rumusan limbah dan polusi.
Tetap bijak menerima mayat untuk dikuburkan.
Meskipun kotoran terserak ditanah.
Walaupun lumpur sampah setia mengalir.

Langit menyenja biru dongker.
Awan merenta putih kecoklatan.
Matahari sebegitu menyengat isi kedalaman diri.
Rembulan meraut kegamangan malam.
Untaian tautan hidup bergeser jarak keyakinan.
Antara batasan ada dan tiada ada.
Manusia berusaha mengekalkan wujud impian.
Antara dimensi hamba dan Tuhan.
Manusia menjadi pembatah yang nyata.

Terang berarak menuju gelap.
Keresahan sudah terbiasa berada dalam hati.
Kegelisahan sudah melarut setiap jarak pandang.
Manusia lahir.
Manusia hidup.
Manusia mati.
Fase-fase kisi-kisi nafas.
Mencerna kesaksian perjalanan indera.
Dari masa ke masa.

-------------------------
Jakarta, 05 Mei 2010
Biodata Penyair
Muna Yuki Sastradirja, lahir 27 April 1980. Kini tinggal di Jln Petamburan VII, Rt. 009/06 No. 21 Kelurahan Petamburan Kecamatan Tanah Abang. Kode Pos 10260. Jakarta Pusat. No 021 95113933

Tidak ada komentar:

Posting Komentar