Rabu, 12 Januari 2011

TENTANG MADURA YANG KUTINGGALKAN

Setiap angin jadi bisik
membawaku pada ribuan risik
saat gerimis dan kumulai berlari-lari
di antara jari-jari kemarau
yang kukunya terkelupas jadi pepadi

Di segala pematang
kuhirup kerinduan
kuhirup harapan
pada nafas-nafas yang cerutu
pada segenap tangis yang terkubur
di nisan-nisan bebatu

Perempuan yang mengelok pada lukisan hujan
bebukit gersang tiba-tiba hilang
di antara nafas tembakau yang perawan

Jalan-jalan kecil
seperti pipi lesung ibuku
mengalirkan air perlahan
menelan jejak-jejakku
mirip perpisahan
yang ditunjukkan Tuhan
di mimpiku yang masih kanak

Dan kini kian nyata
saat hujan menghantarkanku ke bilik-bilik waktu
dan menjauhkanku pada drama hujan yang kurindu itu

Sebagian petaka melahirkan air mata
sedang perpisahan itu bagian dari air mata
dan ini kuanggap sebagai petaka

Maduara-Depok, 2006-2010

Biodata Penyair
Syarif Hidayatullah menulis puisi dan cerpen di berbagai media massa. Karyanya tersebar di berbagai antologi seperti Dian Sastro For President End Of Trilogy (On Off, 2005), O. De (Sanggar Sastra Al-Amien, 2005), Mengasah Alif (Sanggar Sastra Al-Amien, 2005), Perempuan Joget Hutan (Sanggar Sastra Al-Amien, 2006), Kumpulan Cerpen Terbaik Lomba Menulis Cerpen 2008 (INTI DKI Jakarta, 2008), Antologi Puisi Berbahasa Daerah (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat, 2008), antologi puisi sampena pertemuan penyair nusantara ke-3 Kuala Lumpur, Rumpun Kita (PENA, 2009), Bukan Perempuan (Grafindo, 2010), Puisi Menolak Lupa (Obsesi, 2010), Berjalan ke Utara (ASAS, 2010), Orang Gila yang Marah pada Tuhannya (Sanggar Sastra Al-Amien, 2010), Si Murai dan Orang Gila (KPG, 2010), dan Empat Amanat Hujan (KPG, 2010).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar